Penulis: Helena Calista
Editor: Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.
Pada hari Sabtu, 5 Juni 2021, Typolog 2021 mengadakan simposium sekaligus sebagai acara pembukaan dari pameran yang juga menjadi salah satu rangkaian acara dari Typolog 2021. Simposium ini terbagi menjadi 2 sesi.
Diawali dengan sesi yang pertama, plenary session, di mana Yasser Rizky dan Nikko Lukman Purnama kembali hadir sebagai juri untuk membedah karya para finalis lomba poster tipografi dan desain typeface. Ferdinand Indrajaya, selaku moderator pada plenary session mengawali sesi ini dengan sebuah pengertian terhadap kata simposium sendiri; simposium adalah sebuah pesta yang biasanya diadakan oleh Yunani kuno setelah perjamuan dan ditemani oleh anggur dan musik.
“What is so interesting about typography?” merupakan pertanyaan pembuka yang diberikan untuk Nikko dan Yasser.
“Tipografi menurut saya adalah passion. Saya mau pacaran sama huruf karena saya mau belajar lebih lagi tentang huruf. Ketika kita mau mencintai huruf, pasti akan membawa impact yang besar terhadap karya-karya kita juga”
Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan membedah karya finalis yang pertama, Bianda C (pelajar dari UPHC), dengan judul Di Rumah Aja. Menurut para juri, kemampuan eksplorasi type as image dan type as type cukup menonjol. Permainan isometri membuat desain poster miliki Bianda terlihat atraktif sehingga secara visual tidak statis. Melalui Poster ini, Bianda juga berhasil menampilkan dialog antar perspektif disiplin ilmu desain yang beragam. Namun, struktur formal komposisi masih menjadi isu yang harus Bianda gali lebih jauh lagi.
Gerardeus F, finalis lomba poster tipografi yang kedua dengan judul Family, mendapatkan giliran untuk dibedah karyanya. Poster yang menggunakan type as image ini ingin menggambarkan dan mengingatkan kembali peran ideal yang keluarga ingin berikan. Kedua juri mengingatkan bahwa sebagai desainer harus memiliki keberanian untuk speak up apa yang ingin dikomunikasikan sehinga misi kita (sebegai desainer) dapat tersampaikan.
Finalis ketiga, Karmilla Oktaviani, ingin mengajak kita untuk berani dan optimis memulai hal baru melalui karya posternya. Menurut para juri, poster tipografi ini memiliki terlalu banyak pesan yang ingin dikomunikasikan. Hal ini dapat terlihat dari pemilihan warna pada masing-masing huruf yang cukup bervariasi, tetapi eksplorasi yang dilakukan oleh mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia ini cukup berani.
“Hati-hati ketika ingin bermain dengan warna di dalam huruf, itu bisa menjadi bom juga”
Selanjutnya karya berjudul Nothing Gold Can Stay oleh Meraviglia Susanto yang terinspirasi dari sebuah puisi dapat acungan jempol dari Nikko Purnama Lukman. Menurut para juri, pertimbangan konteks tidak kalah dengan kualitas mahasiswa. Walaupun demikian, terdapat hal-hal lain yang desainer masih bisa kembangkan dan perbaiki seperti desain ornamental yang abstrak dapat diukir lebih spesifik serta unity antara typeface dan ukiran perlu dipertimbangkan kembali.
Finalis desain poster tipografi yang terakhir, Muhamad Azzanda, dengan judul Kamang Mudiak menghadirkan visual poster yang berbeda dengan keempat finalis lainnya. Para juri mengatakan bahwa eksplorasi dengan menggunakan tekstur lipetan kertas tereksekusi dengan baik dan menarik. Namun kedua Juri, Yasser dan Nikko, masih bertanya-tanya sebenarnya desainer ingin mengkomunikasikan apa melalui posternya.
Setelah mengulas karya dari para finalis poster tipografi, sesi ini dilanjutkan dengan membedah 2 karya desain typeface. Desain typeface yang pertama adalah miliki Aprian Sembada. Rancagan desain typefacenya terinspirasi langsung dari ekspresi anak muda sehingga typeface ini diberi judul Muda. Kata kunci energetik, labil, dan kreatif dapat terlihat melalui typeface tersebut menurut para juri. Salah satu masukan agar Aprian dapat mengembangkan rancanganannya adalah untuk membuat efek distorsi pada masing-masing huruf lebih konsisten.
Karya yang berjudul Membayang oleh finalis kedua dari kategori desain typeface, Muhammad Fadhil, dan juga merupakan karya terakhir yang dibahas pada sesi ini menarik perhatian para juri. Gagasannya diambil dari pengalaman pribadi semasa kecil dan divisualisasikan dengan permainan lighting dan tusuk gigi.
Acara ini dilanjutkan dengan adanya sesi tanya jawab oleh para juri dan finalis. Pada kesempatan ini, para finalis dapat berinteraksi langsung dengan para juri, Nikko dan Yasser.
Sebagai penutup plenary session, Nikko dan Yasser menyemangati para finalis dan juga desainer-desainer muda lainnya yang menghadiri acara simposium Typolog 2021.
“Jangan patah semangat! Semakin banyak kritikan yang kita dapat artinya kita memiliki ruang dan kesempatan yang lebih untuk bisa belajar dan memperbaiki kesalahan kita,” kata Yasser
“Kita harus selalu give our best dari desain-desain yang kita kerjakan. Saya cukup bangga karena dari usia muda, kalian sudah memiliki semangat untuk menghasilkan sesuatu. Jangan sampai masih muda tapi tidak memiliki sense untuk mencoba. Saya percaya ketika kita punya jiwa yang mau dikritik, dari sikap tersebut kita akan punya hati yang terbuka dan keinginan untuk terus mencoba” kata Nikko
Ferdinand Indrajaya menyimpulkan bahwa kita sebagai desain sebaiknya tidak menutupi diri dari masalah karena masalah sendiri yang menjadi pijakan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dilanjutkan dengan sesi kedua, parallel session, di mana pada sesi ini peserta acara dibagi ke dalam tiga breakout room dengan masing-masing dua narasumber.
Breakout room pertama dimeriahkan oleh Asrulah Ahmad, S.Ds., M.Ds. dari Universitas Bunda Mulia yang membawakan materi dengan judul Adaptasi Ragam Gerak Tari Pakarena Ma’lino Melalui Desain dan Rendy Iswanto, S.Sn., M.M., M.Ds. dari Universitas Ciputra dengan Perancangan Typeface BELVA Untuk Majalah Fashion Indonesia sebagai judul materi yang dibawakannya.
Dalam breakout room kedua ada Lalita Gilang, S.Sn., M.Ds. dari Universitas Sebelas Maret Surakarta yang membawakan Representasi “Traditional Latin Script” pada Puisi Kontemporer Remaja sebagai materi presentasinya dan Dewi Intan Kurnia S.Des., M.Ds. dari Universitas Mercu Buana yang membawakan presentasi Komparatif Typeface di Kehidupan Sekitar.
Dalam Breakout room ketiga hadir Dominique Rio Adiwijaya, S.Sn., M.Hum. dari Universitas Bina Nusantara yang membawakan presentasi Tipografi sebagai ‘Tubuh’ Bahasa dan Karna Mustaqim, S.Sn., M.A., Ph.D. dari Universitas Esa Unggul dengan judul Tipografi Kini dan Desain Rupa Purwa sebagai materi presentasinya.
Setelah sesi dalam breakout room selesai, acara simposium diakhiri dengan adanya presentasi singkat dari masing-masing finalis lomba poster tipografi dan desain typeface yang dilanjutkan dengan diskusi informatif.
Rangkaian acara Typolog 2021 mendapatkan respon positif dari semua pihak yang terlibat. Tidak hanya menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk dapat menunjukkan hasil karyanya kepada publik tetapi melalui acara ini juga pengetahuan publik terhadap tipografi semakin bertambah.