Pameran KALA DKV UPH

Pada tanggal 10 hingga 14 Juli lalu, Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual bersama dengan Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan menyelenggarakan pameran tugas akhir yang berjudul KALA.

Pada pameran itu, terdapat sesi bedah karya yang membahas mengenai karya dari salah satu peserta tugas akhir dari peminatan Desain Grafis, Helena Calista. Helena membuat proposal environmental graphic design untuk Perpustakaan Nasional dibawah bimbingan Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds., dan Ade Maradhona Shantio Wijaya, S.Sn..

Dalam sesi bedah karya tersebut, Helena mempresentasikan karyanya kepada reviewer karya yang diundang pada siang hari itu, Andi Rahmat, founder dan principal designer Nusaè. Dalam sesi review yang dilaksanakan pada siang hari itu, Andi Rahmat mengapresiasi Helena atas rancangannnya yang dinilai berani untuk eksplorasi dan mampu menyediakan proposal yang unik dan menarik untuk Perpustakaan Nasional.

Melalui kegiatan bedah karya dan sesi review yang diselenggarakan pada pameran KALA ini, DKV UPH berharap dapat memperkenalkan desain grafis dan proses perancangan dibalik sebuah karya desain kepada para peserta sesi siang hari itu.

Re+View Session 07 with Ernanda Putra and Jordy Yohanes from MaknaCreative

Tulisan oleh Michelle Verocana & Azzarine Jovita, disunting oleh Priscilla Gunarso

Siapa nih yang penasaran akan pembentukan logo brand? Nah, pas banget nih, kali ini Re+View Session 07 menghadirkan narasumber dari MaknaCreative, yakni Ernanda Putra dan Jordy Yohanes untuk membahas lebih dalam tentang proses pembuatan desain logo serta aplikasi penggunaan desain pada hasil cetak yang beragam. Tentunya, ilmu yang dibagikan oleh Ernanda dan Jordy sangat berguna dan membantu ketika mengulas karya-karya mahasiswa 2019 dan 2020 dari peminatan Desain Grafis yang sangat menarik.

MaknaCreative adalah sebuah lab kreatif yang menawarkan berbagai macam servis dalam lingkup desain, mulai dari branding, advertising, offline spatial design, website development, social media campaign, hingga activation. Sejak 2020, MaknaCreative merupakan bagian dari MAKNA Group, bersama dengan MaknaTalks sebagai bentuk media arm, MaknaMerch sebagai bagian merchandising, dan MaknaCoffee sebagai bagian dari F&B Business mereka.

Pada awal sesi, Ernanda dan Jordy memperkenalkan kami pada MaknaCreative serta portfolio mereka selama berkarir dalam industri desain. Beberapa klien yang pernah  menggunakan jasa mereka adalah Tiket.com (branding, logo design, communication strategy, dll.), Axe Body Spray (product branding, campaign strategy, dan communication) dan masih banyak lagi. Dalam sesi ini kedua narasumber menekankan pentingnya komponen desain untuk menarik perhatian konsumen, baik dari segi logo, penggunaan elemen, warna, jenis font, dan faktor-faktor kecil lainnya yang dapat mempengaruhi.

Adapun karya-karya yang diulas pada Re+View Session 07 yaitu:

  • Blissful Bakes,  oleh Kalista Nathania
  • Blissful Bakes, oleh Yolanda Tumilisar
  • Olympia, oleh Rachel Williams
  • Olympia, oleh Kalista Nathania
  • Salim Group (Indofood, Indomobil, Indomaret, Bogasari, Indorent, Point Coffee), oleh kelompok Aileen, kelompok Hannah, dan kelompok Elizabeth
  • Breotic, oleh Geraldine Karnadi, Jessine Suliang, Kimberly Mulia Therisnajaya
  • Bresco, oleh Stefanny Kusuma, Tarisha Anindya Rizal, dan Vanessa Leoni
  • Crav’fin Muffin, oleh Angela Maria Nadya Sujanto, Fredella Agatha, dan Lorentius Calvin

Selama sesi review berlangsung, Ernanda dan Jordy menjelaskan bagaimana hal sesederhana ukuran stroke pada pembuatan logo akan berpengaruh pada aplikasi pencetakan produk, dengan perkiraan ukuran logo yang akan diperbesar maupun diperkecil. Selain itu, mereka juga menekankan bagaimana penggunaan warna gradien pada logo juga akan sangat berpengaruh pada aplikasi produk. Ternyata, pemilihan warna solid pada kebanyakan logo tidak dilakukan tanpa alasan, lho! Oleh karena itu, para desainer harus mengenal brand atau perusahaan yang sedang ditangani. Salah satunya adalah pada penggunaan warna di setiap logo dan pengaplikasian desainnya yang harus sesuai dengan brand identity dari perusahaan tersebut agar semua desain terlihat sintagmatik.

Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang pastinya tidak kalah menarik dengan pembahasan hasil karya tugas Desain Grafis 1 dan 2, lho! Melalui sesi tanya jawab ini, Ernanda dan Jordy menyampaikan bahwa eksplorasi desain dari diri sendiri tidak cukup bila kita tidak melihat banyak referensi dari desain-desain baik yang lainnya. “Lihat referensi, cari ide, jangan takut eksplorasi, eksekusi, tanya pendapat orang lain”. Kalimat ini harus dicatat bagi kita semua apalagi yang baru belajar untuk menangani brand identity dari suatu perusahaan dan harus diingat sampai kedepannya, seorang desainer tetap harus berpegang teguh dengan eksplorasi dan jangan takut untuk mencari kritik dan saran dari orang lain. 

Jadi gimana? Kamu sudah lihat banyak referensi dan berani bertanya mengenai opini orang lain terhadap desain kamu belum?

Re+View Session 08

📌PING! Penting nih…🤭
.
💫Kanekin Creative Agency, Each Other Company dan Makna bakalan satu zoom sama kita, lho!
.
👀 Lho, emang ngapain?
💁🏻‍♀️ Kita bakalan dengerin lebih banyak insights dan ilmu-ilmu baru dari para ahlinya! Gak cuman itu, kita juga ada sesi CALL FOR WORKS yang bakal mengulas karya portfolio Desain Grafis dari para mahasiswa dan publik!

Artinya, bagi kamu yang belum sempat mengikuti sesi Re+View sebelumnya dapat mengikuti sesi 08 Re+View 😉
.
SAVE THE DATE!
🗓 Jumat, 25 Maret 2022
⏰ 19:00-21:00 WIB
📍ZOOM Meetings
.
Register on:
🔗 https://bit.ly/Regisreview08

Re+View Session 07

Udah pernah stalk @maknacreative belum?..
.
Tapi sebelum itu, mau tanya juga nih, gimana sesi 06 minggu lalu Pak Januar? 🤭banyak banget yah insights yang kita terima dari ilmu cetak Risograf. Eitss.. tapi gak cuman sampai situ dong sesi Re+View kita. Ada lagi nih! Penasaran kan?
👀OKE, LET’S GO!👀
.
📌Re+view Sesi 07 with MAKNA CREATIVE!
Hayo.. pasti mau ketemu Kak Ernanda dan Kak Jordy gak sii? 😏 Nah, jangan cuman mau ketemuan dong tapi belajar bareng sama mereka yuk!
.
🤩MAKNA CREATIVE WILL BRING YOU TO ANOTHER CREATIVE STEP OF DESIGNING🤩
.
👉Gausah pikir lama-lama, LANGSUNG AJA IKUT, YUK! 👏
📆 Jumat, 11 Maret 2022
⏰ 19:00 – 21:00 WIB
📍 ZOOM Meetings

Re+View Session 06 with Januar Rianto from Each Other Company

Tulisan oleh Michelle Verocana, disunting oleh Priscilla Gunarso

Perkataan “Less is More” tidak jarang kita jumpai, bahkan dalam keseharian sekalipun. Tahukah kamu, ada satu jenis teknik mencetak yang menggunakan prinsip “Less is More” dalam proses bekerjanya? Pada Re+View Session 06, topik ini akan menjadi pokok pembahasan yang diangkat sambil mengulas karya-karya Mata Kuliah Studio Produksi 1 dan Produksi Cetak yang tentunya tidak kalah menarik. Sesi Re+View kali ini dihadirkan kembali oleh DG UPH pada tanggal 25 Februari 2022 dengan Pak Januar Rianto dari Each Other Company sebagai narasumber kami.

Januar Rianto adalah seorang desainer Indonesia yang menempatkan fokus utama karirnya pada bidang desain grafis, penataan atau pengarahan seni, serta penelitian kreatif di bidang seni, arsitektur, dan juga desain. Pada awal sesi, Pak Januar memperkenalkan kami semua mengenai teknik cetak Risograph atau Riso Printing.

Secara singkat, Pak Januar menjelaskan mengenai Risograph yang merupakan sebuah teknik cetak menggunakan mesin khusus dengan pilihan warna yang terbatas. Pemilihan warna yang akan dicetak akan mempengaruhi waktu percetakan serta kualitas akhir hasil printing. Meskipun teknik cetak ini memiliki keterbatasan tertentu, menurut Pak Januar, itulah yang menjadikan Risograph unik dan berbeda dari teknik mencetak lainnya.

Sebelum berlanjut ke sesi review, Pak Januar menyampaikan beberapa poin penting yang harus diingat jika kita ingin mencetak menggunakan Riso Printing, diantaranya: Less is More, perbedaan pixel dan vector, serta sifat konsisten. Ketiga poin tersebut terus diperingatkan kembali saat mengulas karya-karya terpilih mahasiswa peminatan desain grafis.

Beberapa karya yang diulas pada Re+View Session 06 yaitu:

  • Types of Love, oleh Melanie
  • 2019-2021, oleh Nivelle
  • The Diary of Flint, oleh Vanessa

Dari ketiga karya tersebut, pemilihan serta penggunaan warna yang minim dan konsisten merupakan highlight dari pembahasan materi dan review karya terpilih. Tidak hanya itu, ternyata pentingnya pengetahuan akan color-blocking, penggunaan warna positif dan negatif, serta desain menggunakan 2-3 warna saja berpengaruh besar pada hasil cetak Risograph, lho! Penggunaan warna yang berlebih akan menghasilkan cetakan yang basah, maka dari itu, prinsip “Less is More” dipegang erat oleh percetakan Risograph. Memang memerlukan banyak trial and error serta pengetahuan teori yang mendalam untuk menguasai bidang ini, tapi ingatlah, tidak ada yang mustahil!

Sebelum menutup sesi acara bersama dengan Pak Januar, para peserta dipersilahkan untuk bertanya. Pastinya, pertanyaan yang diajukan oleh para peserta membuka wawasan dan juga interest bagi teknik cetak Risograph. Kalau gitu, seberapa tertariknya kamu untuk mencoba teknik Risograph?


Kuliah Umum Studio DG 2 dengan UNITHREE

oleh Kartika Magdalena Suwanto, disunting oleh Brian Alvin Hananto

Selasa, 2 Maret 2022, kelas Studio DG 2 kembali kedatangan Calvin Sudihman dan Andrew Lim dari UNITHREE. Calvin dan Andrew yang sudah pernah datang tahun lalu untuk mata kuliah Studio Utama 2, kali ini kembali untuk kuliah umum pada kelas Desain Grafis 2

Setelah ujian tengah semester ini, pembahasan dalam Studio DG 2 sampai pada pembahasan mengenai comprehensive visual identity system untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki brand architecture. Sebelum benar-benar masuk ke sesi materi, UNITHREE kembali membantu membagikan pengalaman dalam merancang sebuah brand architecture sehingga dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa-mahasiswi di kelas DG 2.

Kuliah umum yang sekaligus terasa seperti sharing dari Calvin dan Andrew membuat perkuliahan terasa lebih santai dari biasanya, bahkan beberapa mahasiswa juga antusias mengajukan beberapa pertanyaan terkait rasa ingin tahu mereka lebih lanjut mengenai perancangan brand architecture.

Thankyou Calvin & Andrew karena sudah bersedia berkunjung kembali ke kelas dan membagikan pengalamannya!

Re+View Session 05 with Joshua Sudihman from Kanekin.co

Tulisan oleh Azzarine Jovita, disunting oleh Helena Calista

Siapa sih yang tidak kenal dengan brand Xin Fu Tang? Apakah kalian tau, siapa yang ikut menjadi bagian dari brand minuman Boba ternama di Taiwan ini? Kali ini, DG UPH kembali menghadirkan lanjutan sesi Re+View pada 11 Februari 2022 yang dihadiri oleh narasumber dari Kanekin.co, Joshua Sudihman. 

Managing Director Kanekin.co memperkenalkan kami mengenai sistem bekerja di Agency yang melibatkan advertising di lingkup sosial media. Ternyata, penjualan suatu brand juga terpengaruhi oleh bagaimana brand tersebut tampil mempromosikan dirinya di depan publik khususnya di sosial media yang menjadi platform untuk menunjukkan image dari brand tersebut. Salah satu client yang ditangani oleh Kanekin.co adalah Xin Fu Tang, lho!

Selain diperkenalkan dengan cara kerja sistem Agency dan konsep brand advertising, kami juga menerima banyak wawasan mengenai strategi brand dari presentasi para mahasiswa DKV 2019 dari projek Studio Utama 3 dan Studio Pendukung 3. Terdapat 5 kelompok mahasiswa yang terpilih untuk mengisi sesi 05 Re+View kali ini yaitu:

  • Rukuku, oleh Caroline dan Melanie Xaviera
  • Verenice, oleh Elizabeth Gunawan,  Helena Calista, dan Patricia Frite
  • Silverqueen, oleh Elizabeth Gunawan, Helena Calista, Patricia Frite, Stefanny Kusuma, dan Vanessa Leoni
  • Sriwijaya oleh Caroline Heliawanto, Melanie Poerwantoro, Aileen dan Heidi Marbun
  • Sorgumee oleh Jessica Pricilia, Ria Melati, dan Yosephin

“The more you research, the more detailed you will be. It will make your strategy becomes stronger.” adalah inti dari ulasan presentasi dari mahasiswa DKV 2019 ini. Ingat, masih banyak waktu dan kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kualitas konsep suatu brand  jauh lebih baik lagi! 

Setelah sesi presentasi dan ulasan dari Kak Joshua, para peserta dipersilahkan untuk bertanya. Tentunya, pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan sangat informatif dan membahas seputar strategi membangun suatu brand. Menjadi kreatif dan penuh konsep yang matang merupakan kunci dari perjalanan bekerja dengan brand. Oleh karena itu, manfaatkan waktumu untuk menggali kreativitas dan jangan takut untuk mengaplikasikan ide yang menurutmu unik. Maka, hal ini dapat membuat dirimu berkembang lebih baik lagi kedepannya.


Typolog 2021 Webinar 3: Type in Yasser Rizky

Ditulis oleh Helena Calista
Disunting oleh Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Kamis, 6 Mei 2021, acara Typolog telah mencapai webinar ke-3 yang merupakan webinar terakhir dari rangkaian acara yang ada. Pada sesi ini, kami mengundang Yasser Rizky sebagai narasumber yang ditemani oleh kedua moderator kami Alfianysah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds., dan Ferdinand Indrajaya, S.Sn., M.Hum.

Pada kesempatan hari ini, Yasser akan banyak menceritakan mengenai pengalamannya dalam dunia tipografi, serta cara berpikirnya yang terus berubah dan berkembang dari dulu sampai sekarang.

Webinar dimulai dengan pertanyaan pembuka yang diberikan Ferdinand mengenai sudut pandang kata ‘in’ dalam judul yang telah disusun Yasser (Type in Yasser Rizky). Jawaban Yasser terhadap pertanyaan reflektif tersebut, menurutnya, type sendiri telah melekat pada seorang Yasser Rizky sehingga ia percaya telah banyak berkembang di dalam type itu sendiri. Dengan demikian dengan dirinya yang mengorbit pada type, disitulah Yasser telah menemukan jangkarnya kembali dalam dunia.

“Kalo tipografi dibilang suatu pekerjaan yang happy-happy, yaa engga juga sih”

Saat berusia sangat muda, Yasser merasa bahwa dunianya sempit dan menyenangkan. Sayangnya, ketika ia mulai mengenal society yang lebih luas, dirinya merasa minder dan kecewa. Namun saat ia terjun dalam dunia desain grafis, Yasser merasa bahwa ia berada di tempat yang tepat. “Waktu kita fokus di satu hal, mengerjakannya setiap hari dan menghabiskan waktu di dunia itu (dunia desain), kita akan di desain oleh desain”.

Yasser mengakui dirinya tidak bisa berada diposisi yang sekarang tanpa figur-figur yang telah membantunya berkembang. Setiap tahun, sosok yang dianggapnya sebagai pahlawan desain terus bertambah untuk memberikannya inspirasi dan motivasi. Yasser terus mempelajari pola pikir mereka dan selalu melontarkan pertanyaan ‘kenapa’ untuk mempercepat pemahamannya terhadap desain. Menurutnya, ketika kita berpikir dan melakukan hal secara tersturktur, kita pasti dapat melakukan apapun.

Selanjutnya Yasser memberikan pendapatnya terhadap tipografi khususnya di era digital. Tanggapnya, desain yang sudah mulai ditemukan dimana-mana membuat maknanya semakin meredam. Ia menekankan bahwa desain, khususnya tipografi di Indonesia sendiri memiliki kepentingan fungsional, tetapi tidak dapat diolah dengan baik. Sudah seharusnya desain bukan lagi menjadi sekedar alat, melainkan menjadi sebuah media komunikasi.

Dalam webinar ini, kami juga berkesempatan untuk melihat karya-karya Yasser yang cukup beragam seperti, branding, signage, kalender eksperimental, kartu ucapan, instalasi dan masih banyak lagi. Semua karya visual dibuatnya dengan sangat baik dan tentunya melibatkan sentuhan tipografi. Menurutnya Tipografi bisa menjadi seni dan sebaliknya, tergantung konteks daripada karya-karya tersebut sehingga tipografi sendiri bukan hanya sebagai sebuah seni, tetapi juga menjadi suatu aksi yang dapat diekspresikan.

Sesi berikutnya adalah sesi tanya jawab di mana pada kesempatan ini, Yasser menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta acara. Ia kembali menceritakan karya yang menurutnya paling dibanggakan dan bagaimana caranya supaya desainer dapat memiliki keberanian untuk bereksperimen dengan sebuah type. Yasser menegaskan, ketika kita memperkaya dan menguasai kosa kata visual, hal tersebut akan sangat membantu kita untuk mengetahui batasan-batasan yang ada, sehingga kedepannya kita, sebagai desainer, menjadi lebih peka terhadap hal yang hendak dilampaui.

Pada akhirnya, sesi webinar ini ditutup dengan kesimpulan yang diberikan oleh Ferdinand bahwa merasa tidak puas dan kecewa adalah hal yang perlu dirasakan oleh masing-masing desainer karena kekecewaan itu akan menjadi wadah untuk kita kembali berpijak. Melambatkan diri juga menjadi hal yang diperlukan bagi kita semua, sesederhana karena kita semua membutuhkan waktu. Ketika kita bisa menahan diri sejenak, di situlah kita bisa memberi ruang untuk memperbaiki diri dan kembali berkarya.

“Engga perlu khawatir dengan tuntutan untuk membuat kelimuan baru dan lain sebagainya karena selama masih ada masalah, hal itu, khususnya tipografi, akan tetap hidup dan masih bisa berlanjut dan berkembang meskipun dalam era digital sekalipun”

Re+View Showcase

Ditulis oleh: Helena Calista
Disunting oleh: Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Re+View diakhiri dengan acara Showcase yang diselenggarakan pada hari Jumat, 30 April 2021. Re+View sendiri adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Desain Grafis UPH pada bulan Maret 2021, dan menghadirkan narasumber-narasumber dari NUSAE, Sciencewerk, Thinking*room, dan juga Desain Grafis Indonesia (DGI).

Pada acara ini, kami kembali mengundang seluruh narasumber yang telah meramaikan acara Re+View dari sesi pertama hingga sesi terakhir. Kedua narasumber kami, Andi Rahmat dari NUSAE dan Ismiaji Cahyono dari DGI, hadir untuk mengikuti acara penutupan Re+View. Dalam acara ini, peserta (mahasiswa dan dosen) diberi kesempatan untuk berbincang-bincang kembali dengan narasumber, mengingat waktu yang tersedia dalam sesi Re+View sebelumnya sangat terbatas. Sesi penutupan berjalan dengan sangat lancar dimana banyak diskusi-diskusi yang sangat menarik dan informatif. Meskipun acara ini bersifat lebih santai, banyak sekali pembelajaran dan insight yang bisa didapatkan baik untuk menambah ilmu maupun sebagai evaluasi diri. Acara ini ditutup dengan video highlight dari sesi Re+View pertama hingga akhir serta penyerahan apresiasi untuk para narasumber.

Sesi Re+View merupakan acara yang positif dimana kita bisa mendengar secara langsung perpektif orang lain yang sudah lama terjun dalam dunia industri. Acara ini juga menjadi sarana untuk mendapatkan ilmu dan memperbaiki diri sehingga kita bisa lebih percaya dengan karya-karya kita kelak. Semoga kedepannya Re+View bisa menjadi acara tahunan peminatan Desain Grafis UPH.

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua narasumber dan moderator yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk menghadiri acara Re+View. Menjadi suatu kehormatan dan pengalaman berharga bagi seluruh mahasiswa DG UPH baik yang karyanya di-review maupun yang mendengar.


Lihat Re+View Showcase pada:

Penutupan Studio Utama 2

Ditulis oleh: Helena Calista
Disunting oleh: Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Untuk mengakhiri kelas pada semester 4, pada hari Selasa 27 Maret 2021, mata kuliah Studio Utama 2 mengadakan kelas penutup yang menghadirkan kembali Ka Calvin Sudihman dan Ka Andrew Lim dari UNITHREE.

Pertemuan terakhir dalam mata kuliah ini menjadi lebih menarik karena kami mendapatkan kesempatan untuk mendengar langsung hasil penilaian dan komentar-komentar yang diberikan oleh UNITHREE sebagai reviewer praktisi desain terhadap hasil UAS dari Studio Utama 2; proyek simulasi redesain logo dari Salim Group dan juga anak-anak perusahaannya yang meliputi Indomobil, Indofood, Indomaret, Indorent, Bogasari dan Point Coffee.

Dengan detail, Andrew memberikan insightnya dan menyampaikan saran untuk karya dari masing-masing kelompok. Menutunya, secara keseluruhan, setiap kelompok mampu membedakan induk company dan anak perusahan. Namun, konsep dan craftsmanship menjadi poin yang selalu kembali diangkat dalam setiap kelompok. Hal ini tentunya sangat penting dan menyadarkan masing-masing dari mahasiswa untuk tidak memandang suatu konsep hanya sebalah mata, sehingga melakukan riset merupakan hal yang kursial dalam perancangan identitas visual. “Jadi kalo risetnya kurang kuat, kita tidak bisa perpergang pada apa yang kita kerjakan”, kata Calvin.

Kelas penutup ini menjadi suatu kesempatan yang sangat baik untuk mahasiswa karena dengan hadirnya UNITHREE, ada sudut pandang yang lebih luas lagi terhadap dunia industri.