Jumat, 5 Maret 2021, DG UPH mengadakan bincang-bincang dengan Andi Rahmat dari NUSAE. Perbincangan DG UPH dengan Andi Rahmat dilakukan pada acara Re+View Session 01, yang merupakan bagian dari rangkaian acara Re+View.
Re+View Session 01 dimoderasi oleh Alfianysah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds., dan Ferdinand Indrajaya, S.Sn., M.Hum.. Keduanya merupakan dosen dari Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan (DKV UPH) yang juga mengajar pada peminatan DG UPH.
Sesi malam itu terbagi menjadi tiga sesi, dimana sesi pertama membahas mengenai pandangan (view) dari Andi Rahmat dan NUSAE. Pada sesi tersebut, Andi Rahmat menceritakan rekam jejak portfolio dari NUSAE kepada para peserta Re+View.
Sesi selanjutnya merupakan sesi bertukar pikiran dengan membahas karya-karya mahasiswa DG UPH. Dua karya mahasiswa yang dibahas pada malam hari itu adalah karya dari Natasha Christina Gondo dan juga Billy Alexander. Karya Natasha yang dibahas adalah karya work in progress (WIP) yang ia angkat sebagai proyek akhirnya, sedangkan karya Billy yang dibahas adalah karya desain yang ia buat untuk mengikuti sayembara.
Dalam sesi review tersebut, Andi Rahmat menegaskan pentingnya hal-hal yang fundamental dalam mengerjakan sebuah proyek desain, seperti melakukan proses pencarian ide yang komprehensif, sampai menghadirkan presentasi karya yang baik.
Andi Rahmat juga membahas mengenai kegiatan-kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan dosen dan juga mahasiswa DKV UPH yang dituangkan dalam buku ‘Insight-Outsight‘.
“Saya rasa ini sangat menarik sekali bagaimana mahasiswa disadarkan untuk punya tanggung jawab bagi lingkungan dan sosial, bahwa kita hadir juga (perlu) bertanggung jawab bagi lingkungan sekitar kita untuk membantu.”
Sesi ketiga dari perbincangan malam hari itu adalah sesi Q&A, dimana Andi Rahmat menjelaskan lebih mendetail lagi beberapa pandangannya mengenai desain kepada para peserta yang datang pada malam hari itu.
Diskusi malam itu ditutup oleh konklusi dari Ferdinand Indrajaya selaku moderator. Ia mengungkapkan, “Kebanyakan mahasiswa jaman sekarang itu melihat desain sebagai obyek instrumental, yang bisa dieksploitasi dan dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga saya bisa hidup dari desain. Sedangkan yang dijalankan Pak Andi, bukan hanya hidup dari desain, tapi juga untuk desain.”
Tentunya apa yang disampaikan oleh Ferdinand disampaikan bukan hanya berasal dari apa yang diucapkan, namun juga dari apa yang memang telah dirancang oleh Andi Rahmat dan juga NUSAE: bahwa design matters.
Thank you Pak Andi atas diskusi yang menarik sekali pada Re+View!
Lihat Re+View Session 01 pada: