Mahasiswa DG UPH Mendapatkan Dua Juara Ketiga dalam Pangram 2020/2021!

Setelah melewati proses penilaian lebih lanjut, dua mahasiswa Desain Grafis UPH (DG UPH) berhasil memperoleh Juara Ketiga dalam Pangram International Student Competition on Font and Calligraphy 2020/2021.

Kedua mahasiswa peraih juara ketiga dalam kategori “Decorative Display” adalah:

  1. Sabrina Brigitta Kaunang, dengan dosen pembimbing Lia Herna
  2. Jeff Riyanto, dengan dosen pembimbing Ellis Melini

Kedua mahasiswa tersebut mewakili dua kelompoknya dalam mata kuliah Tipografi Eksperimental yang diselenggarakan pada semester Genap 2020/2021.

Selamat untuk Sabrina, Jeff, dan teman-teman kelompok lainnya.


Tautan

Situs Pangram

DG UPH menerbitkan Arsip Aksioma

Pada tahun 2018, DG UPH membuat sebuah zine sebagai bentuk ekspresi dan eksperimentasi. Walau zine tersebut tidak menjadi sebuah publikasi berkala, melihat kualitas dan potensinya, DG UPH akhirnya menerbitkan kembali zine Aksioma kedalam format buku yang berjudul “Arsip Aksioma”.

Arsip Aksioma berhasil mendapatkan ISBN dari Perpustakaan Nasional pada 29 Mei 2021, dengan nomor ISBN 978-623-7489-46-7.

Untuk membaca Aksioma, anda dapat membacanya pada Medium Aksioma ataupun dalam bentuk buku, melalui Issuu AKSA.

Mahasiswa DG UPH Menjadi Finalis dalam Pangram 2020/2021 !

Dalam penyelenggaraan MK. Tipografi Eksperimental, mahasiswa-mahasiswi Desain Grafis UPH (DG UPH) mengikuti Pangram International Student Competition on Font and Calligraphy 2020/2021.

Dari 212 partisipan dan 543 karya yang masuk dalam perlombaan tersebut, 18 mahasiswa DG UPH diterima karyanya untuk mengikuti Pangram. Selain mewakili DG UPH, mahasiswa-mahasiswi ini juga mewakili Indonesia dalam perlombaan tersebut.

Mahasiswa-mahasiswi tersebut adalah:

  1. Fredella Agatha (DKV angkatan 2018)
  2. Billy Alexander (DKV angkatan 2018)
  3. Medelyn Aurellia (DKV angkatan 2018)
  4. Helena Calista (DKV angkatan 2019)
  5. Frederick Christopher (DKV angkatan 2019)
  6. Jennifer Claudy (DKV angkatan 2018)
  7. Edwin Miduk (DKV angkatan 2017)
  8. Elsa Evita Rahman (DKV angkatan 2018)
  9. Jessie Rose Komala Hadi (DKV angkatan 2017)
  10. Jesslyn Josephine (DKV angkatan 2018)
  11. Sabrina Brigitta Kaunang (DKV angkatan 2018)
  12. Annika Lienardo (DKV angkatan 2019)
  13. Heidi Marbun (DKV angkatan 2019)
  14. Realino Marpaung (DKV angkatan 2016)
  15. Natashia Salim (DKV angkatan 2018)
  16. Jeff Riyanto (DKV angkatan 2018)
  17. Sean Michael (DKV angkatan 2019)
  18. Kimberly Therisnajaya (DKV angkatan 2018)

Selanjutnya adalah tahap penjurian yang akan dilakukan oleh juri-juri internasional. Mudah-mudahan prestasinya bisa berlanjut sampai tahap juara dalam kompetisi Pangram ini.

Selamat untuk mahasiswa-mahasiswi yang lolos menjadi finalis!


Tautan
Facebook Pangram
Instagram Pangram

Typolog 2021 Webinar 3: Type in Yasser Rizky

Ditulis oleh Helena Calista
Disunting oleh Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Kamis, 6 Mei 2021, acara Typolog telah mencapai webinar ke-3 yang merupakan webinar terakhir dari rangkaian acara yang ada. Pada sesi ini, kami mengundang Yasser Rizky sebagai narasumber yang ditemani oleh kedua moderator kami Alfianysah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds., dan Ferdinand Indrajaya, S.Sn., M.Hum.

Pada kesempatan hari ini, Yasser akan banyak menceritakan mengenai pengalamannya dalam dunia tipografi, serta cara berpikirnya yang terus berubah dan berkembang dari dulu sampai sekarang.

Webinar dimulai dengan pertanyaan pembuka yang diberikan Ferdinand mengenai sudut pandang kata ‘in’ dalam judul yang telah disusun Yasser (Type in Yasser Rizky). Jawaban Yasser terhadap pertanyaan reflektif tersebut, menurutnya, type sendiri telah melekat pada seorang Yasser Rizky sehingga ia percaya telah banyak berkembang di dalam type itu sendiri. Dengan demikian dengan dirinya yang mengorbit pada type, disitulah Yasser telah menemukan jangkarnya kembali dalam dunia.

“Kalo tipografi dibilang suatu pekerjaan yang happy-happy, yaa engga juga sih”

Saat berusia sangat muda, Yasser merasa bahwa dunianya sempit dan menyenangkan. Sayangnya, ketika ia mulai mengenal society yang lebih luas, dirinya merasa minder dan kecewa. Namun saat ia terjun dalam dunia desain grafis, Yasser merasa bahwa ia berada di tempat yang tepat. “Waktu kita fokus di satu hal, mengerjakannya setiap hari dan menghabiskan waktu di dunia itu (dunia desain), kita akan di desain oleh desain”.

Yasser mengakui dirinya tidak bisa berada diposisi yang sekarang tanpa figur-figur yang telah membantunya berkembang. Setiap tahun, sosok yang dianggapnya sebagai pahlawan desain terus bertambah untuk memberikannya inspirasi dan motivasi. Yasser terus mempelajari pola pikir mereka dan selalu melontarkan pertanyaan ‘kenapa’ untuk mempercepat pemahamannya terhadap desain. Menurutnya, ketika kita berpikir dan melakukan hal secara tersturktur, kita pasti dapat melakukan apapun.

Selanjutnya Yasser memberikan pendapatnya terhadap tipografi khususnya di era digital. Tanggapnya, desain yang sudah mulai ditemukan dimana-mana membuat maknanya semakin meredam. Ia menekankan bahwa desain, khususnya tipografi di Indonesia sendiri memiliki kepentingan fungsional, tetapi tidak dapat diolah dengan baik. Sudah seharusnya desain bukan lagi menjadi sekedar alat, melainkan menjadi sebuah media komunikasi.

Dalam webinar ini, kami juga berkesempatan untuk melihat karya-karya Yasser yang cukup beragam seperti, branding, signage, kalender eksperimental, kartu ucapan, instalasi dan masih banyak lagi. Semua karya visual dibuatnya dengan sangat baik dan tentunya melibatkan sentuhan tipografi. Menurutnya Tipografi bisa menjadi seni dan sebaliknya, tergantung konteks daripada karya-karya tersebut sehingga tipografi sendiri bukan hanya sebagai sebuah seni, tetapi juga menjadi suatu aksi yang dapat diekspresikan.

Sesi berikutnya adalah sesi tanya jawab di mana pada kesempatan ini, Yasser menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta acara. Ia kembali menceritakan karya yang menurutnya paling dibanggakan dan bagaimana caranya supaya desainer dapat memiliki keberanian untuk bereksperimen dengan sebuah type. Yasser menegaskan, ketika kita memperkaya dan menguasai kosa kata visual, hal tersebut akan sangat membantu kita untuk mengetahui batasan-batasan yang ada, sehingga kedepannya kita, sebagai desainer, menjadi lebih peka terhadap hal yang hendak dilampaui.

Pada akhirnya, sesi webinar ini ditutup dengan kesimpulan yang diberikan oleh Ferdinand bahwa merasa tidak puas dan kecewa adalah hal yang perlu dirasakan oleh masing-masing desainer karena kekecewaan itu akan menjadi wadah untuk kita kembali berpijak. Melambatkan diri juga menjadi hal yang diperlukan bagi kita semua, sesederhana karena kita semua membutuhkan waktu. Ketika kita bisa menahan diri sejenak, di situlah kita bisa memberi ruang untuk memperbaiki diri dan kembali berkarya.

“Engga perlu khawatir dengan tuntutan untuk membuat kelimuan baru dan lain sebagainya karena selama masih ada masalah, hal itu, khususnya tipografi, akan tetap hidup dan masih bisa berlanjut dan berkembang meskipun dalam era digital sekalipun”

Mahasiswa DG UPH Mendapatkan Best Presenter pada SNDS 2021

Pada hari Senin dan Selasa, 3-4 Mei 2021, Fakultas Desain Universitas Pelita Harapan bekerja sama dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti, Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra, Fakultas Desain dan Seni Kreatif Universitas Mercu Buana, Program Studi Arsitektur Universitas Pembangunan Jaya, Program Studi Desain Produk, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana mengadakan Seminar Nasional Desain Sosial (SNDS) 2021 dengan tajuk Adaptabilitas Desain Sosial: Strategi & Inovasi di Masa Pandemik.

Dalam kesempatan itu, beberapa mahasiswa-mahasiswi dari Desain Grafis UPH berpartisipasi sebagai presenter pada sesi parallel session yang dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Mei 2021. Dari lebih dari 150 presenter yang hadir dalam SNDS 2021, Desain Grafis UPH mendapatkan penghargaan sebagai salah satu dari 15 Best Presenter dalam SNDS 2021.

Dengan judul materi “Perancangan Buku Edukasi Anak Berbasis Moral“, Elsa Evita mewakili kelompoknya dalam mempresentasikan hasil pembelajarannya dalam mata kuliah Desain untuk Masyarakat yang berlangsung pada semester Genap 2020/2021.

Selamat kepada Elsa Evita Rahman, Destania Aurelia, Juan Justianto, Regina Susanto dan Vincent dalam mendapatkan penghargaan best presenter dalam SNDS 2021 tersebut. Kiranya penghargaan tersebut dapat menjadi apresiasi tersendiri bagi usaha yang kalian tempuh dalam perkuliahan di peminatan desain grafis.

Re+View Showcase

Ditulis oleh: Helena Calista
Disunting oleh: Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Re+View diakhiri dengan acara Showcase yang diselenggarakan pada hari Jumat, 30 April 2021. Re+View sendiri adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Desain Grafis UPH pada bulan Maret 2021, dan menghadirkan narasumber-narasumber dari NUSAE, Sciencewerk, Thinking*room, dan juga Desain Grafis Indonesia (DGI).

Pada acara ini, kami kembali mengundang seluruh narasumber yang telah meramaikan acara Re+View dari sesi pertama hingga sesi terakhir. Kedua narasumber kami, Andi Rahmat dari NUSAE dan Ismiaji Cahyono dari DGI, hadir untuk mengikuti acara penutupan Re+View. Dalam acara ini, peserta (mahasiswa dan dosen) diberi kesempatan untuk berbincang-bincang kembali dengan narasumber, mengingat waktu yang tersedia dalam sesi Re+View sebelumnya sangat terbatas. Sesi penutupan berjalan dengan sangat lancar dimana banyak diskusi-diskusi yang sangat menarik dan informatif. Meskipun acara ini bersifat lebih santai, banyak sekali pembelajaran dan insight yang bisa didapatkan baik untuk menambah ilmu maupun sebagai evaluasi diri. Acara ini ditutup dengan video highlight dari sesi Re+View pertama hingga akhir serta penyerahan apresiasi untuk para narasumber.

Sesi Re+View merupakan acara yang positif dimana kita bisa mendengar secara langsung perpektif orang lain yang sudah lama terjun dalam dunia industri. Acara ini juga menjadi sarana untuk mendapatkan ilmu dan memperbaiki diri sehingga kita bisa lebih percaya dengan karya-karya kita kelak. Semoga kedepannya Re+View bisa menjadi acara tahunan peminatan Desain Grafis UPH.

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua narasumber dan moderator yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk menghadiri acara Re+View. Menjadi suatu kehormatan dan pengalaman berharga bagi seluruh mahasiswa DG UPH baik yang karyanya di-review maupun yang mendengar.


Lihat Re+View Showcase pada:

Penutupan Studio Utama 2

Ditulis oleh: Helena Calista
Disunting oleh: Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Untuk mengakhiri kelas pada semester 4, pada hari Selasa 27 Maret 2021, mata kuliah Studio Utama 2 mengadakan kelas penutup yang menghadirkan kembali Ka Calvin Sudihman dan Ka Andrew Lim dari UNITHREE.

Pertemuan terakhir dalam mata kuliah ini menjadi lebih menarik karena kami mendapatkan kesempatan untuk mendengar langsung hasil penilaian dan komentar-komentar yang diberikan oleh UNITHREE sebagai reviewer praktisi desain terhadap hasil UAS dari Studio Utama 2; proyek simulasi redesain logo dari Salim Group dan juga anak-anak perusahaannya yang meliputi Indomobil, Indofood, Indomaret, Indorent, Bogasari dan Point Coffee.

Dengan detail, Andrew memberikan insightnya dan menyampaikan saran untuk karya dari masing-masing kelompok. Menutunya, secara keseluruhan, setiap kelompok mampu membedakan induk company dan anak perusahan. Namun, konsep dan craftsmanship menjadi poin yang selalu kembali diangkat dalam setiap kelompok. Hal ini tentunya sangat penting dan menyadarkan masing-masing dari mahasiswa untuk tidak memandang suatu konsep hanya sebalah mata, sehingga melakukan riset merupakan hal yang kursial dalam perancangan identitas visual. “Jadi kalo risetnya kurang kuat, kita tidak bisa perpergang pada apa yang kita kerjakan”, kata Calvin.

Kelas penutup ini menjadi suatu kesempatan yang sangat baik untuk mahasiswa karena dengan hadirnya UNITHREE, ada sudut pandang yang lebih luas lagi terhadap dunia industri.

Re+view Session 04 with Ismiaji Cahyono (Desain Grafis Indonesia)

Ditulis oleh: Helena Calista
Disunting oleh: Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Re+view session 4 kembali hadir pada hari jumat 26 Maret 2021 yang diramaikan oleh Bapak Ismiaji Cahyono dari DGI. Re+view session kali ini menjadi sesi review terakhir yang telah dipersiapkan oleh DG UPH.

Setelah Re+view session 3 yang diadakan seminggu sebelumnya dengan Thinking*Room, Re+View sesi yang terakhir ini dimoderasi oleh Ibu Dr. Lala Palupi Santyaputri. “Mengapa perlu memahami desain grafis masa lalu?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak Ismiaji sebagai pengantar untuk membuka presentasinya sebelum Beliau membahas perjalanan dan menunjukan arsip dari Desain Grafis Indonesia.

Pada sesi pertama, terdapat karya-karya , Tipografi Eksperimental, Studio Utama 3 dan tugas akhir Mahasiswa DG UPH yang terpilih. Pak Ismiaji menekankan bahwa hal-hal yang akan dibahas adalah nilai-niali dan konsep dari karya desain yang telah dirangkai oleh mahasiswa.

“Bagaimana visual menerjemahkan ide, dan menyampaikannya secara menarik dan komunikatif”

Japiong dan The Canine Compendium, karya Jesslyn Kotandi, menjadi dua karya pertama yang dibahas oleh Pak Ismiaji. Untuk karya Jaipong, eksplorasi sangat disarankan karena menurutnya, masih banyak potensi dari konsep yang bisa digali dan dikembangkan untuk mencapai karya desain yang lebih sempurna. Dilanjutkan dengan proyek pribadi yang dirancang Jesslyn, Pak Ismiaji menegaskan bahwa setiap desain harus punya purpose.

Diskusi Bpk. Ismiaji Cahyono, Bu Lala Palupi Santyaputri, dan Jesslyn Kotandi dalam Re+View Session 04.

Sebagai desainer kita harus berani untuk melakukan kesalahan, karena dari situ kita akan belajar lebih lagi. Dari karya Poster karya Tiffany Wong, Pak Ismiaji mengingatkan bahwa riset adalah suatu proses penting dalam merancang suatu karya desain.

Sesi review yang dibawakan sangat interaktif karena perancang karya desain bisa secara langsung berdiskusi lebih dalam dengan Bapak Ismiaji. Beliau memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan saran yang membangun bagi para mahasiswa DG UPH yang karyanya terpilih. Menurut Pak Ismiaji, Anak Rimba (Shella Subagia) dan Song of Songs (Felicia Kristella) memiliki potensi besar dan telah tereksekusi dengan sangat baik meskipun kedua karya harus diselesaikan saat masa pandemi.

Diskusi Bpk. Ismiaji Cahyono, Bu Lala Palupi Santyaputri, dan Shella Subagia dalam Re+View Session 04.

Sesi review diakhiri dengan sesi Q&A di mana narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa dan dosen UPH. Menurut Bapak Ismiaji, sebagai desainer, kita juga harus berani memperkenalkan ‘desain yang baik’ pada klien.

Pada Re+view session yang terakhir, Bapak Ismiaji dapat menyampaikan informasi dengan sangat baik, sehingga peserta acara mendapatkan insight yang sangat bermanfaat kedepannya untuk peserta acara yang hadir dalam sesi ini.


Lihat Re+View Session 4:

Typolog 2021 Webinar 2: Forging Your Own Design Path

Tulisan oleh Helena Calista, disunting oleh Brian A. Hananto.

Kamis, 25 Maret 2021, DG UPH kembali melanjutkan webinar ke-dua Typolog yang dibawakan oleh Bapak Gumpita Rahayu, seorang desainer huruf. Setelah webinar yang pertama dimoderasi oleh Bapak Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn, M.Ds. dan Ibu Dr. Lala Palupi Santyaputri, S.Sn., M.Si. pada tanggal 25 Februari 2021, webinar kali ini kami mengundang kembali Bapak Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn, M.Ds. dan Bapak Christo Wahyudi Rahardjo, S.Sn. untuk menjadi moderator.

Webinar kali ini terbagi menjadi 3 sesi, dimana sesi yang pertama Pak Gumpita memulai dengan menceritakan tentang keraguan yang dialami dalam karir yang akan dijalaninnya. Menurutnya, menjadi seorang type designer menjadi penebusan dari perjalanan kuliah yang telah dilewati.

“Saya meragukan tipografi, karena pada saat itu saya tidak lulus mata kuliah itu, namun itu menjadi batu loncatan saya untuk menjadi lebih baik lagi dalam karir”

“What kind of designer am I?”, pertanyaan reflektif yang dimulai oleh Pak Gumpita sebelum memberikan materi mengenai bagaimana caranya kita, sebagai mahasiswa desain, menentukan karir kita kedepannya. Mengusasai dan belajar dari basic, menguasai/mengenali software, menggunakan cara yang biasa kita pakai dan learning by doing merupakan beberapa hal yang Pak Gumpita pelajari dalam karirnya seiring berjalannya waktu.

“Kita bisa karena terbiasa”

Pak Gumpita kemudian menceritakan journey pekerjaannya dari tahun 2009 – sampai hari ini. Knowledge, networking, discipline, dan experience merupakan 4 hal yang ditegaskan oleh Pak Gumpita. Beliau juga mengingatkan bahwa kita harus mempunyai suatu komitmen dan disiplin dalam apa yang kita tekuni sekarang ini.

“You create your own path”

Setelah sesi webinar, dilanjutkan dengan sesi Q&A di mana pada kesempatan ini, Bapak Gumpita menjawab pertanyaan seputar perancangan portfolio, membuat typeface sesuai konsep, dan lain sebagainya. Banyak sekali diskusi-diskusi menarik yang disampaikan dan tentunya bermanfaat untuk mahasiswa DG UPH dan peserta lainnya.

Re+View Session 03 with Eric Widjaja, Ira Carella, Ritter Willy Putra and Bram P. Yoshugi from THINKING*ROOM

Tulisan oleh Helena Calista, disunting oleh Brian A. Hananto.

Pada hari Jumat, 19 Maret 2021, DG UPH kembali hadir untuk melanjutkan sesi Re+view yang ketiga. Re+View kali ini bisa dibilang lebih meriah, karena kami kedatangan 4 narasumber dari Thinking*Room.

Setelah kedua sesi yang dilakukan sebelumnya pada hari Jumat 5 Maret 2021 dan Rabu 10 Maret 2021, sesi ke tiga pada Re+View kali ini, dimoderasi oleh Bapak Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds. dan Bapak Drs. Winoto Usman.

Acara Re+View terbagi menjadi tiga sesi, yaitu sesi review, sesi diskusi dan sesi QnA. Pada sesi pertama diisi dengan membahas karya-karya mahasiswa DG UPH yang terpilih. Karya-karya tersebut meliptui hasil dari mata kuliah Studio Utama 1, Studio Utama 2, Studio Utama 3, dan juga ada beberapa karya desain packaging untuk ASPAC (Asian Student Packaging Design Competition).

Karya pertama yang dibahas adalah karya desain dari sebuah rebranding logo dari pameran pengrajin terbesar di Indonesia, yaitu INACRAFT. Eric Widjaja mengingatkan kembali bahwa sebuah desain itu relatif, sehingga tidak ada yang benar atau salah. Namun ketika kita sudah membahas mengenai suatu budaya atau heritage, hal tersebut akan jauh lebih menarik ketika kita dapat menanamkan unsur traditional tersebut namun dalam cara yang lebih kontemporer.

Saran yang diberikan oleh Eric Widjaja, adalah untuk menghindari suatu hal yang bersifat cliché. Sebagai mahasiswa desain grafis sudah seharusnya kita bereksplorasi seluas dan sejauh mungkin dan keluar dari zona nyaman.

Eric Widjaja membahas Karya-karya Studio Utama 2 Mahasiswa-mahasiswi DG UPH (Dokumentasi oleh Billy Alexander).

Petak Enam (Jesslyn Kotandi), Tulaboocha (Tiffany Wong), Story of the moon dan (Medelyn) adalah karya yang selanjutnya dibahas oleh Ritter Willy Putra. “Every picture should tell a story”. Ritter Willy Putra ingin mengutarakan bagaimana untuk menangkap sebuah momen yang dapat menyampaikan emosi yang hidup dalam gambar tersebut. “Know when to stop, learn how to let go”. Untuk tetap menjaga ke-khasan dari diri kita sendiri juga menjadi poin yang dibahas oleh kedua moderator setelah mendengar pembahasan yang disampaikan oleh Ritter Willy Putra.

Ira Carella selanjutnya membahas karya dari Helena Calista dan Lorentius Calvin. “Sebagai desainer grafis, kita tidak hanya mementingkan grafisnya saja, tetapi juga harus memikirkan aspek lainnya”. Ira Carella juga menegaskan bahwa juga kita harus mengerti dengan baik bagaimana konsumen akan menggunakan produk kita.

Choose What Is Essential” menjadi suatu yang dibahas oleh Bram P. Yoshugi saat membahas karya yang berjudul Pollution and Me (Yehezkiel), setelah itu Bram juga melanjutkan pembahasannya dengan karya The Physical Universe (Tiffany Wong).

Setelah membahas 8 karya, Thinking*Room memberikan ringkasan bahwa, yang pertama kita sebagai desainer harus tau tujuan dari desain yang sedang kita rancang, karena hal tersebut dapat membuat suatu desain menjadi lebih efektif. Kedua, kita harus dapat push boundries tanpa melupakan poin yang pertama, dan yang terakhir adalah untuk tahu kapan harus berhenti, mana hal-hal yang harus dikeep dan mana yang harus di lepas.

Setelah sesi Review, dilanjutkan dengan sesi diskusi antara Thinking*Room dan beberapa mahasiswa yang karyanya telah dibahas. Pada kesempatan ini mahasiswa diperbolehkan untuk bertanya dan berdiskusi secara langsung dengan pembicara. Merupakan kesempatan yang berharga, untuk langsung bertanya dengan tokoh-tokoh yang sudah lama berpengalaman dalam industri desain

Setelah sesi review dan diskusi, terdapat sesi Q&A dimana peserta acara diperbolehkan untuk bertanya baik pandangan tentang desain itu sendiri ataupun keresahan yang dirasakan dalam bidang ini.

Setelah melakukan banyak diskusi bersama Thinking*Room, banyak sekali informasi baru yang bisa aku dapati dan pelajari, penjelasan yg disajikan dari Thinking*Room pun juga sangat membangun mahasiswa DG UPH. Menjadi suatu kehormatan bagi para mahasiswa DG UPH yang karyanya bisa direview oleh Thinking*Room.


Lihat Re+View Session 03: