Typolog 2021 Webinar 3: Type in Yasser Rizky

Ditulis oleh Helena Calista
Disunting oleh Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Kamis, 6 Mei 2021, acara Typolog telah mencapai webinar ke-3 yang merupakan webinar terakhir dari rangkaian acara yang ada. Pada sesi ini, kami mengundang Yasser Rizky sebagai narasumber yang ditemani oleh kedua moderator kami Alfianysah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds., dan Ferdinand Indrajaya, S.Sn., M.Hum.

Pada kesempatan hari ini, Yasser akan banyak menceritakan mengenai pengalamannya dalam dunia tipografi, serta cara berpikirnya yang terus berubah dan berkembang dari dulu sampai sekarang.

Webinar dimulai dengan pertanyaan pembuka yang diberikan Ferdinand mengenai sudut pandang kata ‘in’ dalam judul yang telah disusun Yasser (Type in Yasser Rizky). Jawaban Yasser terhadap pertanyaan reflektif tersebut, menurutnya, type sendiri telah melekat pada seorang Yasser Rizky sehingga ia percaya telah banyak berkembang di dalam type itu sendiri. Dengan demikian dengan dirinya yang mengorbit pada type, disitulah Yasser telah menemukan jangkarnya kembali dalam dunia.

“Kalo tipografi dibilang suatu pekerjaan yang happy-happy, yaa engga juga sih”

Saat berusia sangat muda, Yasser merasa bahwa dunianya sempit dan menyenangkan. Sayangnya, ketika ia mulai mengenal society yang lebih luas, dirinya merasa minder dan kecewa. Namun saat ia terjun dalam dunia desain grafis, Yasser merasa bahwa ia berada di tempat yang tepat. “Waktu kita fokus di satu hal, mengerjakannya setiap hari dan menghabiskan waktu di dunia itu (dunia desain), kita akan di desain oleh desain”.

Yasser mengakui dirinya tidak bisa berada diposisi yang sekarang tanpa figur-figur yang telah membantunya berkembang. Setiap tahun, sosok yang dianggapnya sebagai pahlawan desain terus bertambah untuk memberikannya inspirasi dan motivasi. Yasser terus mempelajari pola pikir mereka dan selalu melontarkan pertanyaan ‘kenapa’ untuk mempercepat pemahamannya terhadap desain. Menurutnya, ketika kita berpikir dan melakukan hal secara tersturktur, kita pasti dapat melakukan apapun.

Selanjutnya Yasser memberikan pendapatnya terhadap tipografi khususnya di era digital. Tanggapnya, desain yang sudah mulai ditemukan dimana-mana membuat maknanya semakin meredam. Ia menekankan bahwa desain, khususnya tipografi di Indonesia sendiri memiliki kepentingan fungsional, tetapi tidak dapat diolah dengan baik. Sudah seharusnya desain bukan lagi menjadi sekedar alat, melainkan menjadi sebuah media komunikasi.

Dalam webinar ini, kami juga berkesempatan untuk melihat karya-karya Yasser yang cukup beragam seperti, branding, signage, kalender eksperimental, kartu ucapan, instalasi dan masih banyak lagi. Semua karya visual dibuatnya dengan sangat baik dan tentunya melibatkan sentuhan tipografi. Menurutnya Tipografi bisa menjadi seni dan sebaliknya, tergantung konteks daripada karya-karya tersebut sehingga tipografi sendiri bukan hanya sebagai sebuah seni, tetapi juga menjadi suatu aksi yang dapat diekspresikan.

Sesi berikutnya adalah sesi tanya jawab di mana pada kesempatan ini, Yasser menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta acara. Ia kembali menceritakan karya yang menurutnya paling dibanggakan dan bagaimana caranya supaya desainer dapat memiliki keberanian untuk bereksperimen dengan sebuah type. Yasser menegaskan, ketika kita memperkaya dan menguasai kosa kata visual, hal tersebut akan sangat membantu kita untuk mengetahui batasan-batasan yang ada, sehingga kedepannya kita, sebagai desainer, menjadi lebih peka terhadap hal yang hendak dilampaui.

Pada akhirnya, sesi webinar ini ditutup dengan kesimpulan yang diberikan oleh Ferdinand bahwa merasa tidak puas dan kecewa adalah hal yang perlu dirasakan oleh masing-masing desainer karena kekecewaan itu akan menjadi wadah untuk kita kembali berpijak. Melambatkan diri juga menjadi hal yang diperlukan bagi kita semua, sesederhana karena kita semua membutuhkan waktu. Ketika kita bisa menahan diri sejenak, di situlah kita bisa memberi ruang untuk memperbaiki diri dan kembali berkarya.

“Engga perlu khawatir dengan tuntutan untuk membuat kelimuan baru dan lain sebagainya karena selama masih ada masalah, hal itu, khususnya tipografi, akan tetap hidup dan masih bisa berlanjut dan berkembang meskipun dalam era digital sekalipun”

Re+view Session 04 with Ismiaji Cahyono (Desain Grafis Indonesia)

Ditulis oleh: Helena Calista
Disunting oleh: Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.

Re+view session 4 kembali hadir pada hari jumat 26 Maret 2021 yang diramaikan oleh Bapak Ismiaji Cahyono dari DGI. Re+view session kali ini menjadi sesi review terakhir yang telah dipersiapkan oleh DG UPH.

Setelah Re+view session 3 yang diadakan seminggu sebelumnya dengan Thinking*Room, Re+View sesi yang terakhir ini dimoderasi oleh Ibu Dr. Lala Palupi Santyaputri. “Mengapa perlu memahami desain grafis masa lalu?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak Ismiaji sebagai pengantar untuk membuka presentasinya sebelum Beliau membahas perjalanan dan menunjukan arsip dari Desain Grafis Indonesia.

Pada sesi pertama, terdapat karya-karya , Tipografi Eksperimental, Studio Utama 3 dan tugas akhir Mahasiswa DG UPH yang terpilih. Pak Ismiaji menekankan bahwa hal-hal yang akan dibahas adalah nilai-niali dan konsep dari karya desain yang telah dirangkai oleh mahasiswa.

“Bagaimana visual menerjemahkan ide, dan menyampaikannya secara menarik dan komunikatif”

Japiong dan The Canine Compendium, karya Jesslyn Kotandi, menjadi dua karya pertama yang dibahas oleh Pak Ismiaji. Untuk karya Jaipong, eksplorasi sangat disarankan karena menurutnya, masih banyak potensi dari konsep yang bisa digali dan dikembangkan untuk mencapai karya desain yang lebih sempurna. Dilanjutkan dengan proyek pribadi yang dirancang Jesslyn, Pak Ismiaji menegaskan bahwa setiap desain harus punya purpose.

Diskusi Bpk. Ismiaji Cahyono, Bu Lala Palupi Santyaputri, dan Jesslyn Kotandi dalam Re+View Session 04.

Sebagai desainer kita harus berani untuk melakukan kesalahan, karena dari situ kita akan belajar lebih lagi. Dari karya Poster karya Tiffany Wong, Pak Ismiaji mengingatkan bahwa riset adalah suatu proses penting dalam merancang suatu karya desain.

Sesi review yang dibawakan sangat interaktif karena perancang karya desain bisa secara langsung berdiskusi lebih dalam dengan Bapak Ismiaji. Beliau memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan saran yang membangun bagi para mahasiswa DG UPH yang karyanya terpilih. Menurut Pak Ismiaji, Anak Rimba (Shella Subagia) dan Song of Songs (Felicia Kristella) memiliki potensi besar dan telah tereksekusi dengan sangat baik meskipun kedua karya harus diselesaikan saat masa pandemi.

Diskusi Bpk. Ismiaji Cahyono, Bu Lala Palupi Santyaputri, dan Shella Subagia dalam Re+View Session 04.

Sesi review diakhiri dengan sesi Q&A di mana narasumber menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa dan dosen UPH. Menurut Bapak Ismiaji, sebagai desainer, kita juga harus berani memperkenalkan ‘desain yang baik’ pada klien.

Pada Re+view session yang terakhir, Bapak Ismiaji dapat menyampaikan informasi dengan sangat baik, sehingga peserta acara mendapatkan insight yang sangat bermanfaat kedepannya untuk peserta acara yang hadir dalam sesi ini.


Lihat Re+View Session 4:

Re+view Session 02 with Danis Sie (Sciencewerk)

Pada hari Rabu, 10 Maret 2021, DG UPH melanjutkan sesi Re+view yang kedua, yang kali ini mengundang Danis Sie sebagai founder dari Sciencewerk.

Re+View Session 02 merupakan sesi review kedua, setelah sesi pertama yang dilakukan pada hari Jumat, 5 Maret 2021. Kegiatan kedua kali ini dimoderasi oleh Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds. dan juga Ade Maradhona Shantio Wijaya, S.Sn..

Dalam sesi malam ini, terdapat berbagai karya mahasiswa-mahasiswi DG UPH yang sempat dibahas oleh Danis Sie. Karya-karya yang dibahas pun beragam, mulai dari karya Studio Utama 1, karya Studio Utama 2, dan juga karya Studio Utama 3.

Pembahasan Karya-karya Studio Utama 1 DG UPH, yaitu latihan simulasi perancangan “World Wildlife Day”.

Dari enam karya mahasiswa-mahasiswi Studio Utama 1, beberapa hal dibahas oleh Danis Sie terkait eksplorasi dan juga craftsmanship yang dibuat. Namun Danis Sie mengomentari mengenai ‘kejelasan’ dari karya-karya tersebut. “Kalau misalnya saya mendapat brief seperti ini, mungkin solusinya simple-simple saja.” Hal ini digunakan untuk mencapai visual yang strong karena informasi yang disampaikan dapat fokus.

Pembahasan Karya-karya Studio Utama 2 DG UPH, mengenai Simulasi Perancangan International School of Design UPH
Pembahasan Review Karya-karya Studio Utama 3 “Get To Yu” Sebuah Perancangan Visual Identity dan Packaging Design dari Produk Makanan Inovasi

Setelah sesi review, dibuka sesi diskusi antara para mahasiswa-mahasiswi yang karyanya dibahas dan Danis Sie untuk membahas dan menggali lebih lanjut proses review. Salah satu diskusi adalah bersama Kelvin, mahasiswa DG UPH yang merancang “Get To Yu“. Kelvin menanyakan kepada Danis Sie mengenai cara perancangan maskot untuk brand yang efektif. “Kita biasanya kalau membuat maskot, kita membuat universenya terlebih dahulu.” Dengan memperhatikan storyline dan dunia dimana maskot itu berada, maka hal-hal mendetail mengenai maskot tersebut dapat dibangun.

Diskusi antara Kelvin (Mahasiswa DG UPH) dan Danis Sie Mengenai Perancangan Maskot Get To Yu

Setelah sesi review, terdapat sesi Q&A dimana terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh mahasiswa dan juga dosen UPH kepada Danis Sie.

Sesi Re+View Session 02 berlangsung dengan lancar; dimana banyak diskusi-diskusi santai yang informatif bersama Danis Sie. DG UPH percaya bahwa sharing yang disampaikan oleh Danis Sie tidak hanya berguna bagi mahasiswa-mahasiswi yang karyanya dibahas, namun juga orang-orang yang ikut pada kegiatan pada malam hari itu, karena ada banyak hal-hal praktis yang bisa dipelajari dan juga diimplementasikan lebih lagi.

Terima kasih Pak Danis atas sharingnya!


Lihat Re+View Session 02 pada:

Kuliah Umum dengan UNITHREE

Selasa, 9 Maret 2021, kelas Studio Utama 2 kedatangan Calvin Sudihman dan Andrew Lim dari UNITHREE. Calvin sendiri merupakan alumni dari DKV UPH angkatan 2008. Jadi kuliah umum dengan UNITHREE ini sendiri menjadi lebih dari kuliah umum biasanya karena merupakan sesi sharing dari alumni.

Dalam minggu kesembilan perkuliahan, Studio Utama 2 kedatangan tamu dari UNITHREE untuk memberikan kuliah tamu pada kelas. Setelah UTS ini, pembahasan dalam Studio Utama 2 sampai pada pembahasan mengenai comprehensive visual identity system untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki brand architecture. Hal ini tentu menjadi hal yang menantang bagi mahasiswa-mahasiswi yang baru saja mempelajari mengenai perancangan visual identity. Untuk memberikan gambaran lebih konkret mengenai perancangan identitas visual kepada rangkaian brand, UNITHREE menawarkan diri untuk membantu membagikan pengalaman mereka dalam merancang identitas visual untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki berbagai anak perusahaan.

Dalam kuliah tamu yang casual ini, pembahasan study case yang berbalut cerita-cerita membantu membuat perkuliahan terasa santai dan bisa dipahami oleh mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti kuliah tamu di Studio Utama 2.

Dokumentasi Bersama Studio Utama 2 dengan UNITHREE (Image Credit: Jennifer Claudy)

Thank you Calvin & Andrew untuk sharingnya!

Re+View Session 01 with Andi Rahmat (NUSAE)

Jumat, 5 Maret 2021, DG UPH mengadakan bincang-bincang dengan Andi Rahmat dari NUSAE. Perbincangan DG UPH dengan Andi Rahmat dilakukan pada acara Re+View Session 01, yang merupakan bagian dari rangkaian acara Re+View.

Re+View Session 01 dimoderasi oleh Alfianysah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds., dan Ferdinand Indrajaya, S.Sn., M.Hum.. Keduanya merupakan dosen dari Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan (DKV UPH) yang juga mengajar pada peminatan DG UPH.

Sesi malam itu terbagi menjadi tiga sesi, dimana sesi pertama membahas mengenai pandangan (view) dari Andi Rahmat dan NUSAE. Pada sesi tersebut, Andi Rahmat menceritakan rekam jejak portfolio dari NUSAE kepada para peserta Re+View.

Sesi selanjutnya merupakan sesi bertukar pikiran dengan membahas karya-karya mahasiswa DG UPH. Dua karya mahasiswa yang dibahas pada malam hari itu adalah karya dari Natasha Christina Gondo dan juga Billy Alexander. Karya Natasha yang dibahas adalah karya work in progress (WIP) yang ia angkat sebagai proyek akhirnya, sedangkan karya Billy yang dibahas adalah karya desain yang ia buat untuk mengikuti sayembara.

Proses Review proyek Natasha Christina Gondo oleh Andi Rahmat (NUSAE)
Proses Review Billy Alexander oleh Andi Rahmat (NUSAE)

Dalam sesi review tersebut, Andi Rahmat menegaskan pentingnya hal-hal yang fundamental dalam mengerjakan sebuah proyek desain, seperti melakukan proses pencarian ide yang komprehensif, sampai menghadirkan presentasi karya yang baik.

Andi Rahmat juga membahas mengenai kegiatan-kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan dosen dan juga mahasiswa DKV UPH yang dituangkan dalam buku ‘Insight-Outsight‘.

“Saya rasa ini sangat menarik sekali bagaimana mahasiswa disadarkan untuk punya tanggung jawab bagi lingkungan dan sosial, bahwa kita hadir juga (perlu) bertanggung jawab bagi lingkungan sekitar kita untuk membantu.”

Sesi ketiga dari perbincangan malam hari itu adalah sesi Q&A, dimana Andi Rahmat menjelaskan lebih mendetail lagi beberapa pandangannya mengenai desain kepada para peserta yang datang pada malam hari itu.

Diskusi malam itu ditutup oleh konklusi dari Ferdinand Indrajaya selaku moderator. Ia mengungkapkan, “Kebanyakan mahasiswa jaman sekarang itu melihat desain sebagai obyek instrumental, yang bisa dieksploitasi dan dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga saya bisa hidup dari desain. Sedangkan yang dijalankan Pak Andi, bukan hanya hidup dari desain, tapi juga untuk desain.”

Tentunya apa yang disampaikan oleh Ferdinand disampaikan bukan hanya berasal dari apa yang diucapkan, namun juga dari apa yang memang telah dirancang oleh Andi Rahmat dan juga NUSAE: bahwa design matters.

Thank you Pak Andi atas diskusi yang menarik sekali pada Re+View!


Lihat Re+View Session 01 pada:

Gathering Online 1

Pada hari Jumat, 5 Maret 2021, DG UPH mengadakan Gathering Online, yang selanjutnya akan disingkat sebagai GO. GO ini diadakan sebagai forum sosialisasi dan bincang-bincang antara dosen dan juga mahasiswa DG UPH.

Dalam GO pertama ini, terdapat informasi-informasi yang secara umum mengenai apa itu DG UPH, khususnya untuk mahasiswa-mahasiswi yang baru memasuk peminatan desain grafis. Informasi-informasi terkait DG UPH yang disampaikan termasuk kepada program-program atau pilar DG UPH. Sosialisasi ini sendiri bertujuan agar para mahasiswa bisa mengenali kegiatan-kegiatan apa yang tengah dilakukan oleh DG UPH, dan agar mahasiswa-mahasiswi DG UPH dapat berpartisipasi lebih karena sudah lebih mengenali kegiatan tersebut.

Dalam sosialisasi tersebut, dibahas juga mengenai dua kegiatan yang tengah dilakukan, yaitu Typolog 2021 dan juga Re+View. Keduanya merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan suasana kegiatan akademik di kalangan DG UPH dan juga untuk mendekatkan DG UPH dengan industri desain grafis sendiri.

Dalam GO tersebut, dibicarakan juga mengenai kegiatan perkuliahan secara daring yang telah dilaksanakan hampir selama satu tahun. Diskusi-diskusi antara dosen dan juga mahasiswa dalam GO tersebut diharapkan dapat menjadi ruang bertukar pendapat guna meningkatkan pemahaman mengenai tata laksana dan juga pelaksanaan pembelajaran online yang memang selama ini dilakukan.

DG UPH berharap kegiatan GO ini sendiri bisa rutin dilaksanakan guna menciptakan ruang komunikasi yang intensif dan yang baik antara dosen dan mahasiswa, khususnya selama pandemi ini.