Setelah melewati proses penilaian lebih lanjut, dua mahasiswa Desain Grafis UPH (DG UPH) berhasil memperoleh Juara Ketiga dalam Pangram International Student Competition on Font and Calligraphy 2020/2021.
Kedua mahasiswa peraih juara ketiga dalam kategori “Decorative Display” adalah:
Sabrina Brigitta Kaunang, dengan dosen pembimbing Lia Herna
Jeff Riyanto, dengan dosen pembimbing Ellis Melini
Kedua mahasiswa tersebut mewakili dua kelompoknya dalam mata kuliah Tipografi Eksperimental yang diselenggarakan pada semester Genap 2020/2021.
Selamat untuk Sabrina, Jeff, dan teman-teman kelompok lainnya.
Ditulis oleh Helena Calista Disunting oleh Brian Alvin Hananto, S.Sn., M.Ds.
Kamis, 6 Mei 2021, acara Typolog telah mencapai webinar ke-3 yang merupakan webinar terakhir dari rangkaian acara yang ada. Pada sesi ini, kami mengundang Yasser Rizky sebagai narasumber yang ditemani oleh kedua moderator kami Alfianysah Zulkarnain, S.Sn., M.Ds., dan Ferdinand Indrajaya, S.Sn., M.Hum.
Pada kesempatan hari ini, Yasser akan banyak menceritakan mengenai pengalamannya dalam dunia tipografi, serta cara berpikirnya yang terus berubah dan berkembang dari dulu sampai sekarang.
Webinar dimulai dengan pertanyaan pembuka yang diberikan Ferdinand mengenai sudut pandang kata ‘in’ dalam judul yang telah disusun Yasser (Type in Yasser Rizky). Jawaban Yasser terhadap pertanyaan reflektif tersebut, menurutnya, type sendiri telah melekat pada seorang Yasser Rizky sehingga ia percaya telah banyak berkembang di dalam type itu sendiri. Dengan demikian dengan dirinya yang mengorbit pada type, disitulah Yasser telah menemukan jangkarnya kembali dalam dunia.
“Kalo tipografi dibilang suatu pekerjaan yang happy-happy, yaa engga juga sih”
Saat berusia sangat muda, Yasser merasa bahwa dunianya sempit dan menyenangkan. Sayangnya, ketika ia mulai mengenal society yang lebih luas, dirinya merasa minder dan kecewa. Namun saat ia terjun dalam dunia desain grafis, Yasser merasa bahwa ia berada di tempat yang tepat. “Waktu kita fokus di satu hal, mengerjakannya setiap hari dan menghabiskan waktu di dunia itu (dunia desain), kita akan di desain oleh desain”.
Yasser mengakui dirinya tidak bisa berada diposisi yang sekarang tanpa figur-figur yang telah membantunya berkembang. Setiap tahun, sosok yang dianggapnya sebagai pahlawan desain terus bertambah untuk memberikannya inspirasi dan motivasi. Yasser terus mempelajari pola pikir mereka dan selalu melontarkan pertanyaan ‘kenapa’ untuk mempercepat pemahamannya terhadap desain. Menurutnya, ketika kita berpikir dan melakukan hal secara tersturktur, kita pasti dapat melakukan apapun.
Selanjutnya Yasser memberikan pendapatnya terhadap tipografi khususnya di era digital. Tanggapnya, desain yang sudah mulai ditemukan dimana-mana membuat maknanya semakin meredam. Ia menekankan bahwa desain, khususnya tipografi di Indonesia sendiri memiliki kepentingan fungsional, tetapi tidak dapat diolah dengan baik. Sudah seharusnya desain bukan lagi menjadi sekedar alat, melainkan menjadi sebuah media komunikasi.
Dalam webinar ini, kami juga berkesempatan untuk melihat karya-karya Yasser yang cukup beragam seperti, branding, signage, kalender eksperimental, kartu ucapan, instalasi dan masih banyak lagi. Semua karya visual dibuatnya dengan sangat baik dan tentunya melibatkan sentuhan tipografi. Menurutnya Tipografi bisa menjadi seni dan sebaliknya, tergantung konteks daripada karya-karya tersebut sehingga tipografi sendiri bukan hanya sebagai sebuah seni, tetapi juga menjadi suatu aksi yang dapat diekspresikan.
Sesi berikutnya adalah sesi tanya jawab di mana pada kesempatan ini, Yasser menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta acara. Ia kembali menceritakan karya yang menurutnya paling dibanggakan dan bagaimana caranya supaya desainer dapat memiliki keberanian untuk bereksperimen dengan sebuah type. Yasser menegaskan, ketika kita memperkaya dan menguasai kosa kata visual, hal tersebut akan sangat membantu kita untuk mengetahui batasan-batasan yang ada, sehingga kedepannya kita, sebagai desainer, menjadi lebih peka terhadap hal yang hendak dilampaui.
Pada akhirnya, sesi webinar ini ditutup dengan kesimpulan yang diberikan oleh Ferdinand bahwa merasa tidak puas dan kecewa adalah hal yang perlu dirasakan oleh masing-masing desainer karena kekecewaan itu akan menjadi wadah untuk kita kembali berpijak. Melambatkan diri juga menjadi hal yang diperlukan bagi kita semua, sesederhana karena kita semua membutuhkan waktu. Ketika kita bisa menahan diri sejenak, di situlah kita bisa memberi ruang untuk memperbaiki diri dan kembali berkarya.
“Engga perlu khawatir dengan tuntutan untuk membuat kelimuan baru dan lain sebagainya karena selama masih ada masalah, hal itu, khususnya tipografi, akan tetap hidup dan masih bisa berlanjut dan berkembang meskipun dalam era digital sekalipun”
Tulisan oleh Helena Calista, disunting oleh Brian A. Hananto.
Kamis, 25 Maret 2021, DG UPH kembali melanjutkan webinar ke-dua Typolog yang dibawakan oleh Bapak Gumpita Rahayu, seorang desainer huruf. Setelah webinar yang pertama dimoderasi oleh Bapak Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn, M.Ds. dan Ibu Dr. Lala Palupi Santyaputri, S.Sn., M.Si. pada tanggal 25 Februari 2021, webinar kali ini kami mengundang kembali Bapak Alfiansyah Zulkarnain, S.Sn, M.Ds. dan Bapak Christo Wahyudi Rahardjo, S.Sn. untuk menjadi moderator.
Webinar kali ini terbagi menjadi 3 sesi, dimana sesi yang pertama Pak Gumpita memulai dengan menceritakan tentang keraguan yang dialami dalam karir yang akan dijalaninnya. Menurutnya, menjadi seorang type designer menjadi penebusan dari perjalanan kuliah yang telah dilewati.
“Saya meragukan tipografi, karena pada saat itu saya tidak lulus mata kuliah itu, namun itu menjadi batu loncatan saya untuk menjadi lebih baik lagi dalam karir”
“What kind of designer am I?”, pertanyaan reflektif yang dimulai oleh Pak Gumpita sebelum memberikan materi mengenai bagaimana caranya kita, sebagai mahasiswa desain, menentukan karir kita kedepannya. Mengusasai dan belajar dari basic, menguasai/mengenali software, menggunakan cara yang biasa kita pakai dan learning by doing merupakan beberapa hal yang Pak Gumpita pelajari dalam karirnya seiring berjalannya waktu.
“Kita bisa karena terbiasa”
Pak Gumpita kemudian menceritakan journey pekerjaannya dari tahun 2009 – sampai hari ini. Knowledge, networking, discipline, dan experience merupakan 4 hal yang ditegaskan oleh Pak Gumpita. Beliau juga mengingatkan bahwa kita harus mempunyai suatu komitmen dan disiplin dalam apa yang kita tekuni sekarang ini.
“You create your own path”
Setelah sesi webinar, dilanjutkan dengan sesi Q&A di mana pada kesempatan ini, Bapak Gumpita menjawab pertanyaan seputar perancangan portfolio, membuat typeface sesuai konsep, dan lain sebagainya. Banyak sekali diskusi-diskusi menarik yang disampaikan dan tentunya bermanfaat untuk mahasiswa DG UPH dan peserta lainnya.